Ads 468x60px

Saturday, February 21, 2015

Sama-sama Bahagia Tetapi Berbeda Rasa

Kenikmatan yang dimiliki Allah ada 100 %, kalau di prosentasikan. Lalu dari kenimatan 100% tersebut semua adalah untuk makhluknya. Ada cerita Nabi Muhammad dalam Hadis: saat beliau berada di lautan, beliau mencelupkan jari telunjuk ke dalam laut lalu beliau menggangkat jari tersebut, ada air yang menempel dijari beliau, air tersebut menetes jatuh ke dalam lautan yang sangat luas. Lalu beliau bersabda : tetesan air dari jariku tadi ibarat dunia sedangkan air laut adalah akhirat.

Dari cerita yang terbukukan dalam hadis tersebut diatas maka sebenarnya prosentasi akhirat dan dunia sangat timpang, tidak sebanding dan tidak bisa diprosentasikan dalam angka, tetapi untuk memudahkan hitungan dari 100% kenimatan yang di miliki Allah: maka 99 % adalah akherat dan 1% ditaruh didunia.

Qs. Ar-Ra'd (13) : 26  “ Allah meluaskan rezeki dan menyempitkanya bagia siapa yang Dia kehendaki. Mereka bergembira dengan kehidupan di dunia, padahal kehidupan dunia itu (dibanding dengan) kehidupan akherat, hanyalah kesenangan (yang sedikit).”

Kenikmatan 1 % yang di taruh di dunia ini, pun tidak hanya untuk manusia saja melainkan harus di bagi rata antara manusia, hewan dan tumbuhan. Dan lagi, yang perlu dicatat dengan huruf besar dalam otak kita, sesungguhnya setelah di bagi rata, bagian untuk manusia juga dibagi lagi!!!. Untuk siapa lagi ?, lalu kita (Orang beriman) dapat seberapa???

Al-Baqoroh (2) 126
“Dan (ingatlah), ketika Ibrahim berdo'a: “Ya Tuhanku, Jadikanlah negri ini, negri yang aman sentosa, dan berikanlah rezeki dari buah-buahan kepada penduduknya yang beriman diantara mereka kepada Allah dan hari kemudian. Allah berfirman: “Dan kepada orang kafirpun Aku beri kesenangan sementara, kemudian Aku paksa ia menjalani siksa neraka dan itulah seburuk-buruk tempat kembali.”

Pertama, jatah manusia tersebut dibagi antara : 1. Manusia yang (ngakunya) beriman, 2. Manusia beriman, 3. Manusia yang kafir,  4. Manusia yang tidak mengakui  adanya tuhan  5. Manusia yang memplokamirkan dirinya tanpa agama, dls. Kemudian pertanyaan Kedua, kita dapat berapa? kita dapat 99%.

Iya, kita di jatah dari Allah 99% tapi diakerat. Tapi jangan terlalu risau dan bersedih hati dulu, karena di duniapun kita sebenarnya juga memiliki jatah rasa bahagia/ketentraman yang sama dengan orang kafir, tetapi kebahagiaan/ketentraman dunia yang kita rasakan itu berbeda dengan milik orang kafir. Sehingga kalau di total maka 100% semua menjadi milik kita

Seperti apa bentuk kebahagian tersebut?. Iya, orang mukmin mendapat kenikmatan Allah 100%, di dunia 1% dan 99% di akherat. Lho, bukannya dunia adalah penjara/neraka bagi orang mukmin dan surga bagi orang kafir??? Benar, itu memang tidak salah

Al-An'am (6) : 44 “Maka tatkala mereka melupakan peringatan yang telah diberikan kepada mereka, Kamipun membukakan semua pintu-pintu kesenangan untuk mereka; sehingga apabila mereka bergembira dengan apa yang telah diberikan kepada mereka, Kami siksa mereka sekonyong-konyong, maka ketika itu ia terdiam putus asa.”

Salah memaknai Bahagia/kesenangan

Ali-Imran (3) : 14 “Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah lading. Itulah kesenangan hidup di dunia, dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik (surga).”
Al-An'am (6) : 53 “Dan demikianlah telah kami uji sebagian mereka (orang-orang kaya) dengan sebagian mereka (orang-orang miskin), supaya (orang-orang kaya itu) berkata: “Orang-orang semacam inikah diantara kita yang diberi anugrah Allah kepada mereka?” (Allah berfirman): “Tidaklah Allah lebih mengetahui tentang orang-orang yang bersyukur (kepada-Nya)”.

Bentuk kebahagian/ketentraman yang dirasakan orang mukmin tersebut adalah dengan bisa merasakan nikmatnya bertugas, mensyukuri dan menikmati* setiap rizki yang diberikan Allah dengan bersedekah dan tanpa rasa memiliki harta/rizki tersebut, ketenangan/ketentraman dengan berdzikir, klimaks beribadah dan enjoy menjalani masa-masa ujian. Merujuk pada beberapa kisah dan FirmanNya berikut:

Ar-ra'd (13) : 28 “(yaitu) Orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tentram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah-lah hati menjadi tentram.”

Lagi, ingat bagaimana saudara kita Kakak Bilal, masih tetap merasa bahagia tentram dengan cambukan yang bertubi-tubi dalam tindihan batu besar dalam tubuhnya.

Itulah kenimatan yang dirasakan orang mukmin selama didunia, bukan tentram/bahagia dengan menuruti hawa nafsu bejat, membebaskan kepuasan obesi duniawi dengan bermewah rumah, menumpuk harta, koleksi property, berlimpah makanan dan buah, tentram dengan anak-anaknya yang ganteng cantik mapan duniawinya, tamasya bersama keluarga tiap bulanya, dll.
Setelah bisa “menikmati” hidup berat dalam perjuangan dan merasa bahagian dalam “penjara” dunia (sekalipun dimata orang tampak berat, tidak terhormat di masayarakat, tidak enak, tidak memiliki masa depan). Kemudian di akherat mendapat 99 % nikmatNya. Amin

At-Taubah (9) : 20-22  “Orang2 yang beriman & berhijrah di jalan Allah dengan harta, benda dan diri mereka, adalah lebih tinggi derajatnya di sisi Allah; dan itulah orang-orang yang mendapat kemenangan…Tuhan mereka mengembirakan mereka dengan memberi rahmat dari pada-Nya, keridhaan dan surga, mereka memperoleh didalamnya kesenangan yang kekal…Mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Sesungguhnya disisi Allah-lah pahala yg besar.”

Kalau pembaca ingat dengan istilah : fiddunya khasanah wa fil akhiroti khasanah. Begitulah sebenarnya penafsiran yang bisa dibilang tepat sasaran. Dunia bisa bahagia dan akherat semakin bahagia. Tidak seperti yang di pahami banyak orang selama ini dalam memaknai ayat tersebut. Dengan memaknai dunia enak menuruti hawa nafsu, puas bermewah dunia (hanya dengan shadat, sholat, puasa, zakat, haji) & merasa mendapat surga. hehehehe, penak tenen!!!

Sunguh tidak begitu, karena teladan dan cerita-cerita orang terdahulu begitu berat dan sakit penuh pengorbanan dalam mengapai ridho Allah dan surga. Harus dilalui dengan : siap dibakar seperti Nabi Ibrahim tetapi beliau tetap bahagia sekalipun berat, tidak pernah tenang karena hidupun selalu dalam kejaran musuh kisah Nabi Isa, hudup penuh siksa dalam kisah Nabi  Yahya, siap kekurangan harta dan makan, dicaci dimaki tetap sabar dan menikmati setiap ujian tantangan itulah Nabi Muhammad. Tetapi beliau-beliau tidak pernah mengeluh bahkan tetap merasa bahagia.

Al-Baqoroh (2) : 155
Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar.

Kembali pada titik awal, bagaimana bisa?, lalu bagaimana cara untuk mendapat bahagia dunia versi para nabi menikmati masa “penjara” dunia ini??

Bisa karena : Kebahagian, kesusahan, kesedihan, kegembiraan, itu semua adalah urusan rasa hati dan perasaan. Sedangkan perasaan dan rasa hati adalah milikNya. Allah menjadikan orang beriman tetap merasa bahagia sekalipun dalam pandangan kebanyakan orang; berat untuk dijalan lalui. Sekalipun para Nabi dan syuhadak terdahul tampak dalam lahir berat, pedih, susah, sakit tetapi suasana dalam hati di isi dan diganti Allah dengan kesejukkan, kebahagiaan dan ketentraman…. Allah Yaa Karimm…

Begitulah arah jalan bagi santri-santri SPMAA dalam pengamalan perintah Agama, sekalipun tampak dari luarnya begitu berat dan susah (seperti hidup yg ndak mungkin dijalani zaman ini) tetapi bagi yang benar-benar santri SPMAA tetap enjoy dan bahagia, karena dalam hatinya sudah dipasang rasa tersebut.


By: Gus Arbi

* baca juga tulisan berjudul : Memaknai Syukur Fersi SPMAA

0 comments:

Post a Comment

 

Pengikut